Ancaman Ideologi Ekstrem Menyasar Anak, Densus 88 Perkuat Deteksi Dini

Jurnalist
31/12/25, 31.12.25 WIB Last Updated 2025-12-31T07:30:16Z

Palembang → Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri kembali mencatat capaian penting dalam upaya menjaga keamanan nasional sepanjang tahun 2025. Menurut paparan Kepala Bareskrim Polri, Komjen Pol. Syahardiantono, Indonesia berhasil mempertahankan status zero terrorist attack atau tidak adanya serangan teroris sepanjang tiga tahun berturut-turut (2023—2025).


Pencapaian ini diumumkan dalam Rilis Akhir Tahun 2025 di Gedung Rupatama, Mabes Polri, Jakarta, Selasa (30/12/2025).


Sepanjang 2025, Densus 88 berhasil menangkap 51 orang tersangka teroris di berbagai wilayah nusantara. Jumlah ini menunjukkan penurunan dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu 55 orang pada 2024 dan 147 pada 2023. Namun demikian, penegakan hukum yang konsisten dinilai penting untuk mencegah potensi ancaman yang lebih besar.


“Densus 88 berkomitmen untuk terus menjaga Indonesia bebas dari serangan teror melalui pendekatan yang proaktif dan strategis,” ujar Komjen Syahardiantono dalam rilis akhir tahun. 


Salah satu masalah yang menjadi perhatian serius aparat adalah penyebaran paham ideologi ekstrem di kalangan anak dan remaja. Data yang dipaparkan menunjukkan bahwa 68 anak di 18 provinsi terpapar ideologi kekerasan ekstrem seperti neo-Nazi dan white supremacy. 


Bahkan dalam beberapa kasus, anak-anak tersebut telah menguasai senjata berbahaya dan diduga merencanakan aksi yang menargetkan lingkungan sekolah dan teman-temannya.


Penanganan kasus ini bukan hanya berupa penindakan hukum, tetapi juga pendekatan pencegahan dini melalui deteksi rekrutmen online dan kerja sama dengan pihak sekolah serta orang tua. Pendekatan ini diharapkan dapat menghambat penyebaran paham ekstrem sejak dini dan melindungi generasi muda Indonesia.


Upaya Pencegahan dan Pengamanan

Selain penangkapan tersangka dan penanganan kasus ideologi ekstrem, Densus 88 juga mencatat keberhasilan lainnya sepanjang tahun 2025, antara lain:


1. Pengungkapan jaringan radikalisme yang merekrut anak di bawah umur melalui jalur daring.


2. Penggagalan rencana aksi terorisme oleh kelompok Anshor Daulah.


3. Penangkapan sejumlah tersangka terorisme saat pengamanan Natal dan Tahun Baru (Nataru).


Pihak kepolisian mengimbau kepada masyarakat, termasuk di wilayah Sumatera Selatan, untuk tetap waspada dan proaktif dalam mencegah penyebaran paham radikalisme. Peran orang tua, guru, dan tokoh masyarakat sangat penting dalam memantau aktivitas anak dan remaja agar terhindar dari pengaruh ideologi berbahaya.


Dengan sinergi antara aparat penegak hukum dan masyarakat, keamanan di Indonesia — termasuk Sumatera Selatan — diharapkan tetap terjaga, jauh dari ancaman teror dan penyebaran ideologi ekstrem.


Pewarta : M. Efendi 

Komentar

Tampilkan